Contoh Laporan OJL Calon Kepala Sekolah

Laporan OJL Calon Kepala Sekolah merupakan salah satu file yang harus di buat oleh seorang guru yang sedang melaksankan sebuah kegiatan menjadi calon kepala sekolah . Kegiatan On the Job Learning (OJL) dilaksanakan pada 2 sekolah Pertama pada tempat calon kepala sekolah bertugas dan kedua pada sekolah lain. Persyaratan menjadi kepala sekolah tentu saja tidak dapat hanya dilihat dari aspek administratif, yaitu memenuhi persyaratan golongan, masa kerja, senioritas, dan lainnya. Tetapi persyaratan menjadi kepala sekolah, perlu diperhatikan dan dilengkapi dengan hasil monitoring para supervisor, lembaga penjaminan mutu pendidikan dan ahli pendidikan tentang kelayakannya untuk menduduki jabatan kepala sekolah di samping dukungan para guru dan masyarakat. Pentingnya latar belakang pendidikan sebagai gambaran kemampuan akademik juga menjadi hal penting, karena hal ini memberi jaminan bahwa sekolah itu mempunyai wawasan yang luas dan daya kompetitif yang tinggi.

Sekolah yang baik akan selalu memiliki kepala sekolah yang baik pula. Penelitian Edmonds ini memberikan gambaran bahwa faktor kepala sekolah memberi kontribusi yang signifikan terhadap keefektifan suatu suatu sekolah. Dalam On the Job Learning (OJL) dipraktikkan bagaimana mengkaji RKS, pengelolaan kurikulum sekolah, keuangan, peserta didik, sarana prasarana sekolah, pendidikan dan tenaga kependidikan, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, sistem monitoring dan evaluasi, program supervisi guru junior, menyusun perangkat pembelajaran, dan pelaksanaan rencana tindak kepemimpinan berdasarkan AKPK dan pembinaan tenaga administrasi sekolah,.

Melihat begitu pentingan sebuah laporan yang baik dan benar untuk Calon Kepala Sekolah maka pada kesempatan kali ini www.kerjaguru.com akan membagikan contoh Laporan OJL Calon Kepala Sekolah sebagai sebuah referensi bagi Anda yang saat ini sedang menjalankan Aktifitas menjadi calon kepal sekolah. Berikut Contoh Laporan OJL secara lengkap mulai dari BAB I sampai Lampiran-lampiran.
Di Akhir Artikel ini Admin akan membagikan secara lengkap salah satu Contoh ON THE JOB LEARNING (OJL) BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang.
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan kehidupan kehidupan bangsa. Sejalan dengan pembukaan UUD itu, batang tubuh konstitusi itu di antaranya pasal 20, pasal 21, pasal 28 C ayat (1), pasal 31 dan pasal 32 , juga mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional untuk  meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia di dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam Undang-Undang .
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoensia Tahun 1945 memberikan landasan filosofis serta berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan. Berdasarkan landasan filosofis tersebut, sistem pendidikan nasional menempatkan peserta didik sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa dengan segala fitrahnya dengan tugas memimpin kehidupan yang berharkat dan bermantabat serfta menjadi manusia yang bermoral, berbudi luhur dan beakhlak mulia
Di dalam Rencana Strategis Kementrian Pendidikan Nasional 2010 – 2014 dikatakan bahwa Pedidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama dan gender. Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan manusia Indonesia seutuhnya serta masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam UU No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Download Laporan OJL Calon Kepala Sekolah

Download Contoh Laporan OJL Calon Kepala Sekolah

Sagala (2010,70) mengemukakan Sekolah sebagai institusi atau lembaga pendidikan merupakan sarana melaksanakan pelayanan belajar dan proses pendidikan. Sekolah bukan hanya dijadikan sebagi tempat berkumpul antara guru dan peserta didik, melainkan suatu sistem yang sangat komplek dan dinamis. Sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan oleh orang yang profesional. Kegiatan inti organisasi sekolah mengelola sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan bangsa. Tugas utama sekolah adalah menjalankan proses belajar mengajar, evaluasi kemajuan peserta didik, dan meluluskan peserta didik yang berkualitas memenuhi standar yang dipersyaratkan. 
 Sergiovanni (1987:32) mengemukakan bahwa kualitas pendidikan yang diterima di sekolah akan menghasilkan kualitas belajar sebagai produk dari keefektifan manajerial kepala sekolah, yang didukung oleh guru dan staf sekolah lainnya sebagai cerminan keefektifan dan keberhasilan sekolah. Sekolah harus dapat dikelola dan diberdayakan yaitu memberikan  layanan belajar yang berkualitas untuk menghasilkan mutu lulusan yang kompetitif. Kerjasama sejumlah orang tim administrasi sekolah yang terdiri dari unsur-unsur sekolah seperti kepala sekolah, guru, supervisor, konselor, ahli kurikulum, tenaga ahli perencanaan, tata usaha, di bawah kontrol pemerintah dan masyarakat. Kerjasama tersebut di fokuskan kepada layanan belajar untuk semua tingkatan kelas, pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Kualitas layanan  belajar di kelas, laboratorium, perpustakan dan tempat lain yang telah ditentukan sebagai tempat belajar sebagai bagian dari kualitas manajemen sekolah secara keseluruhan.

Persyaratan menjadi kepala sekolah tentu saja tidak dapat hanya dilihat dari aspek administratif, yaitu memenuhi persyaratan golongan, masa kerja, senioritas, dan lainnya. Tetapi persyaratan menjadi kepala sekolah, perlu diperhatikan dan dilengkapi dengan hasil monitoring para supervisor, lembaga penjaminan mutu pendidikan dan ahli pendidikan tentang kelayakannya untuk menduduki jabatan kepala sekolah di samping dukungan para guru dan masyarakat. Pentingnya latar belakang pendidikan sebagai gambaran kemampuan akademik juga menjadi hal penting, karena hal ini memberi jaminan bahwa sekolah itu mempunyai wawasan yang luas dan daya kompetitif yang tinggi.

   Kepala Sekolah sangat berperan dalam menciptakan sekolah yang bermutu dan kompetitif. Slamet (2000) merekomendasikan tujuh belas karakteristik kepala sekoah yang tangguh (1) memiliki visi, misi, dan strategi dan memahami cara untuk mencapainya; (2) memiliki kemampuan untuk mengkoordinasikan sumber daya sekolah untuk memenuhi kebutuhan sekolah; (3) keputusan yang tepat, cepat dan akurat; (4) toleransi terhadap perbedaan dan tegas terhadap pencapaian tujuan; (5) memobilisasi sumber daya sekolah; (6) mengeliminasi pemborosan dan memotivasi anggotanya; (7) pola pikir menggunakan pendekatan sistem; (8) memiliki indikator kejelasan tugas pokok dan fungsi; (9) memahami dan menghayati perannya sebagai manajer sekolah; (10) mengembangkan kurikulum, pembinaan personalia, manajemen peserta didik, perlengkapan fasilitas, keuangan dan hubungan masyarakat,; (11) melakukan analisis SWOT; (12) membangun team working yang cerdas dan kompak; (13) mendorong kreatifitas dan inovasi; (14) mendorong tipikal perilku sekolah yang ideal dan bermutu; (15) menggunakan manajemen berbasis sekolah, (16) fokus kegiatan pada proses pembelajaran; dan (17) memberdayakan dengan prinsip-prinsip demokrasi pendidikan.
Penelitian Edmonds (1979) tentang sekolah yang berhasil di New York menunjukkan bahwa tidak akan pernah dijumpai sekolah yang baik dipimpin oleh “ kepala sekolah yang mutunya rendah “. Sekolah yang baik akan selalu memiliki kepala sekolah yang baik pula. Penelitian Edmonds ini memberikan gambaran bahwa faktor kepala sekolah memberi kontribusi yang signifikan terhadap keefektifan suatu suatu sekolah.

Melihat betapa strategisnya tugas dan fungsi kepala sekolah maka pemerintah dalam hal ini Kementerian pendidikan Nasional pada saat itu mengeluarkan Peraturan Menteri  Pendidikan  Nasional  (Permendiknas) Nomor  13 Tahun  2007  tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah yang dijadikan acuan bagi pengembangan kompetensi kepala sekolah/madrasah. Di dalam Permendiknas tersebut dinyatakan bahwa seorang kepala sekolah harus mempunyai dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,kewirausahaan, supervisi dan sosial. Dengan standar tersebut diharapkan seluruh kepala sekolah/madrasah di   Indonesia   memiliki   kompetensi   yang   layak   sebagai   kepala   sekolah/madrasah.  Pada tahun 2010 Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri  Pendidikan  Nasional  (Permendiknas) nomor 28 tahun 2010 , pada pasal (2) menetapkan bahwa setiap calon kepala sekolah/madrasah harus memiliki sertifikat sebagai calon kepala sekolah/madrasah. Salah satu tahapan dalam proses sertifikasi ini adalah pelaksanaan Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK).

AKPK adalah instrumen berbentuk angket yang digunakan untuk memetakan keprofesian calon kepala sekolah/madrasah. AKPK bersifat individual dan merupakan alat refleksi bagi calon kepala sekolah/madrasah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimilikinya berkenaan dengan kompetensi calon kepala sekolah/madrasah.
Dijelaskan bahwa seorang guru yang telah dinyatakan lulus seleksi calon kepala sekolah diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagai kegiatan pemberian pengalaman pembelajaran teoretik maupun praktik yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Kenyataan di lapangan masih  terdapat banyak kelemahan yang dialami penulis        berkenaan dengan tugas dan fungsi kepala sekolah, karena pengalaman sebagai guru ternyata jauh berbeda ketika harus menghadapi tugas sebagai seorang kepala sekolah. Terdapat kompetensi tambahan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu kompetensi manajerial, kompetensi supervise dan kompetensi kewirausahaan.
Kemampuan kepala sekolah dalam mengarahkan, memberdayakan, menggerakkan, dan mengembangkan sumber daya sekolah dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah sangat bergantung kepada kompetensi manajerial seorang kepala sekolah.
Masalah kewirausahaan merupakan hal baru bagi seorang kepala sekolah ,khususnya bagaimana mengembangkan di dalam dunia persekolahan. Bagaimana pendidikan mampu menghasilkan lulusan yang mandiri yang memiliki jiwa dan kompetensi kewirausahaan, sehingga setelah lulus tiadk tergantung kepada orang lain dan tidak menjadi beban masyarakat.

Kepala Sekolah adalah pemegang kunci yang menentukan keberhasilan pencapaian program di sekolah. Dalam kontek otonomi pendidikan yang menerapkan  Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sekolah dituntut untuk dapat menggali dana dari berbagai sumber yang dapat diakses sekolah dan selanjutnya digunakan untuk pembiayaan program di sekolah. Pada kenyataannya sekolah masih mengandalkan  masih mengandalkan dana yang bersumber dari pemerintah. Dana bantuan diterima dari pemerintah terbatas, sedangkan kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah banyak, maka kepala sekolah harus mampu mencari peluang untuk mendayagunakan berbagai potensi masyarakat dan lingkungan sekitar  untuk membiayai kekurangan dana tersebut.

Masih sedikit kepala sekolah yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk menemukan berbagai peluang dalam setiap pengembangan sekolahnya menuju sekolah yang efektif, efisien, produktif dan mandiri. Karena untuk menghasilkan kondisi yang tersebut diperlukan keberanian untuk mengambil resiko yang telah diperhitungkan. Kemampuan mengambil keputusan inilah yang merupakan ciri khas dari wirausahawan.   

Berdasarkan hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Kepemimpinan (AKPK)  yang menganalisis 5 dimensi kompetensi kepala sekolah  yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi manajerial, kompetensi supervisi, kompetensi kewirausahaan, ditemukan kelemahan calaon kepala sekolah pada kompetensi kewirausahaan . Nilai kompetensi kewirausahaan penulis berdasarkan AKPK hanya 2,20, paling kecil dibandingkan dengan kompetensi lainnya. Oleh karena itu melalui kegiatan On the Job Learning (OJL) ini disamping melakukan kajian-kajian manajerial baik di sekolah sendiri maupun di sekolah magang yang terdiri  RKS,Pengelolaan PTK, Sarana Prasarana, Peserta Didik, Kurikulum, Keuangan, Penggunaan TIK dalam Pembelajaran, serta  Monitoring dan evaluasi. Penulis juga melakukan peningkatan kompetensi kewirausahaan kepala sekolah berdasarkan hasil AKPK yang berfokus pada “ Mengindentifikasi permasalahan, dan membuat pemecahan masalah sehingga menghasilkan kinerja sekolah yang lebih baik ”

Berdasarkan hasil AKPK seperti yang tersebut dan hasil dari evaluasi diri sekolah yang telah dibuat ditemukan kelemahan pada penggalian sumber dana  untuk meningkatkan program sekolah oleh karena itu maka On the Job Learning (OJL) yang dilakukan penulis mengambil tema “ Peningkatan Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah dalam Menggali Sumber Dana Untuk Meningkatkan Kinerja Sekolah”

B. Tujuan
     1. Tujuan Umum
Menindaklanjuti kegiatan in servis 1 yang telah dilaksanakan oleh para calon kepala sekolah, sebagai bekal dalam melaksanakan OJLdi sekolah sendiri maupun sekolah magang, maka peserta diklat calon kepala sekolah diwajibkan melaksanakan  kegiatan On The Job Learning yang secara umum bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kemampuan dalam pengkajian 9 aspek kompetensi manajerial
b. Meningkatkan kemampuan dalam penyusunan perangkat pembelajaran
c. Meningkatkan kemampuan dalam supervisi pembelajaran
     2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus yang diharapkan dari kegiatan On The Job Learning (OJL) adalah :         
a. Meningkatkan kemampuan penulis dalam mengkaji kompetensi kewirausahaan di sekolah.
b. Meningkatkan kemampuan penulis dan tim pengembang sekolah dalam menggali berbagai sumber dana melalui kerjasama dengan dunia usaha, orang tua siswa dan alumni untuk meningkatkan kinerja sekolah.
c. Meningkatkan kompetensi Hasil AKPK penulis di sekolah magang   

C. Kompetensi Sasaran
1. Meningkatkan kompetensi kewirausahaan penulis dan tim pengembang sekolah dalam penggalian sumber dana melalui kerjasama dengan dunia usaha, orang tua siswa dan alumni untuk meningkatkan kinerja sekolah
2. Meningkatkan kompetensi hasil AKPK penulis di sekolah magang
3. Meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah dalam melaksanakan Observasi dan Supervisi Pembelajaran guru yunior.
4. Meningkatkan kompetensi  calon kepala sekolah dalam membuat perangkat pembelajaran.
5. Meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah dalam  melaksanakan :
a. Kajian RKS
b. Kajian Pengelolaan Kurikulum
c. Kajian Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
d. Kajian Pengelolaan Sarana Prasarana Sekolah
e. Kajian Pengelolaan Peserta Didik
f.  Kajian Pengelolaan Keuangan Sekolah
g. Kajian Pembinaan Tenaga Administrasi Sekolah
h. Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran
i.  Kajian Sistem Monitoring dan Evaluasi

Belum ada Komentar untuk "Contoh Laporan OJL Calon Kepala Sekolah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel